Exclusive Report Roadshow Surabaya
Photo & Write by LiliKrist
Pertanyaan penting untuk bulan ini, seberapa cintanya kamu dengan batik?!? Bisa dibilang bulan oktober adalah bulannya batik. Kenapa?!? Karena tepatnya besok, tanggal 02 Oct 2013, sudah ditetapkan oleh UNESCO bahwa batik sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity yang berasal dari Indonesia.
Dan...supaya kita orang Indonesia bisa menjawab dengan lancar dan benar kalau ditanya tentang batik, maka diterbitkanlah sebuah buku dengan judul Cerita Batik yang ditulis oleh Iwet Ramadhan. Dan acara peluncuran bukunya di Surabaya, sudah diadakan tanggal 07 Sept 2013 kemarin. Dan berikut ini catatan tentang acara tersebut.
Jam masih menunjukkan jam 14.15 saat saya menginjakkan kaki divenue roadshow peluncuran buku Cerita Batik karya dari Iwet Ramadhan. Masih sepi. Akhirnya saya putuskan untuk berkeliling sebentar. Jujur saya belum pernah melihat secara fisik orang yang namanya Iwet Ramadhan itu yang mana. Beberapa orang yang berlalu lalang sempat saya main tebak tebakan, apakah ini, atau itu *smile* akhirnya saya tertuju sama seorang pria, yang menurut saya nyentrik cara dandannya, terutama celananya! Mungkin dia. Dan benar ternyata dialah Iwet Ramadhan yang sore itu mengenakan hem putih lengan panjang, celana buatan dari selembar kain batik tulis gentongan asal Madura yang dibuat selama 40 hari 40 malam dengan pewarna alam plus sepatu lari dan tak lupa kacamata dengan frame bulat macam Harry Potter.Saat memasuki venue, beberapa orang sudah membatik dengan terampilnya. Ternyata mereka adalah pengrajin batik yang berasal dari sekitar Surabaya, khusus diundang untuk memeriahkan acara ini. Ohh ya, saat masuk tadi, saya diberikan sebuah goody-bag. Isinya? Satu buah Cerita Batik, satu buah majalah Elle yang menjadi media partner dan satu botol sabun pencuci batik dari Attack yang menjadi sponsor utama roadshow.
Cairan malam disebelah saya mengepulkan asap dan bau yang khas. Canting pun sudah disiapkan. Rupanya salah satu acaranya adalah belajar membatik. Gaksabar, akhirnya saya membatik sendiri dengan cara sebisaku. Tidak lama kemudian Iwet menghampiri dan bertanya apakah saya tahu cara yang benar untuk membatik yang otomatis saya menggeleng sambil tersenyum. Laahhh...ternyata Iwet duduk dan mempraktekkan sendiri bagaimana cara membatik yang benar. Saya dan dua rekan yang ada disitu cuman bisa manggut manggut mendengarkan penjelasan dari Iwet.
Sementara itu, semakin mendekati jam tiga sore, peminat yang ingin ikutan belajar membatik semakin banyak. Mereka terlihat bersemangat, walaupun terlihat jelas mereka takut kena tetesan malam yang panas. Disendok sedikit, ditiup tiup, digoreskan kekain yang sudah ada polanya dari pensil. Nggak gampang ternyata membatik itu. Kelihatannya saja mudah, begitu memegang canting, tangan saya tetap nggak bisa menggoreskan canting dengan tepat mengikuti pola. Ada saja yang meluber keluar. Tak jauh dari tempat saya duduk, ada sepasang turis yang ikutan belajar juga. Iwet mengajarinya langsung! Dan nggak cuman cewek aja lho pesertanya, cowokpun bisa ikutan belajar. Bahkan pengrajin batik sendiri ada juga yang bapak bapak. Dia menggoreskan canting mudah banget, macam melukis menggunakan kuas diatas kanvas.
Tepat jam 15.15 WIB pembawa acaranya yang cantik dan kocak meminta peserta untuk sejenak menaruh cantingnya, karena acara talkshow bersama Iwet dan Bu Evi akan dimulai. Diawali dengan Iwet bercerita tentang celana batik yang dia kenakan yang sebenarnya buatan Madura. Kemudian dia menjelaskan di Jawa Timur, awal mulanya hanya ada dua daerah penghasil batik, yaitu Tuban dan Madura. Tapi sekarang hampir setiap daerah di Jawa Timur memiliki batik dengan motif dan warna khas mereka masing masing. Sebut saja Sidoarjo, Pacitan dan Kediri, adalah daerah daerah baru penghasil batik. Dan dengan lugunya, si Mbak pembawa acara nyeletuk, "Kok bisa ya yang bukan orang Jawa Timur lebih tahu tentang batik ketimbang saya yang orang Jawa Timur asli?" Naahhh...itu pertanyaannya, bagaimana bisa!
Buku ini diberi judul Cerita Batik karena memang menceritakan batik mulai dari definisinya, motif asal, cara pembuatannya sampai dengan cerita pengrajinnya plus cara perawatannya. Trus ada kata cinta ditengahnya karena baik sang penulis, Iwet, dan sang sponsor, Bu Evi, merasakan rasa yang sama atas batik yaitu cinta, karena mereka yakin batik tidak hanya sekedar selembar kain yang dilukis, tetapi ada yang lebih dibaliknya. Ada cerita, ada makna dan pesan yang disampaikan, yang semakin digali semakin kita cinta batik.
Yang melatar belakangi kenapa buku ini dibuat, awalnya adalah keterlibatan Iwet saat mendesain baju untuk label karyanya Tikshirt. Untuk memenuhi idealismenya, Iwet sampai harus keliling Jawa untuk mencari sendiri motif motif batik untuk desainnya. Dia mendatangi langsung pengrajinnya. Dan saat dia berkunjung ke Madura, ada cerita menarik tentang batik gentongan yang selalu dibuat selama 40 hari 40 malam. Pengrajin disana musti berpuasa dulu sebelum membatik. Dan apabila ada saudara yang meninggal, mereka dilarang membatik, soalnya nanti berpengaruh pada warna. Ada lagi batik tasikmalaya. Batik ini dibuat oleh ibu ibu dipesisir pantai Madura dengan doa supaya para suami yang sedang berlayar bisa selamat pulang dan membawa hasil ikan yang banyak. Dan nelayan nelayan ini melautnya sampai Tasikmalaya, makanya dari situ motifnya diberi nama seperti itu. Dari sini saya menyimpulkan, dalam selembar batik tulis bisa saja tertuang sebuah harapan, sepenggal doa, adat istiadat setempat bahkan sejarah.
Diseluruh dunia ternyata punya seni melukis diatas kain lho. Yang membedakan Indonesia dan negara lain apa dong? Ternyata penggunaan canting dan malam hanya ada di Indonesia. Kalaupun di Malaysia dan Singapore juga menggunakan canting dan malam karena sebenarnya moyang mereka asalnya dari Indonesia.
Dan apabila Iwet ditanya sejak kapan tertarik sama batik, maka jawabannya adalah sejak dia kecil. Saat itu ada saudaranya yang menikah, dia mendengarkan dari Ibunya nanti pas acara midodareni pakai motif ini yang artinya begini, pas siraman pakai motif ini yang artinya begitu. Dari sinilah Iwet kecil mulai tertarik untuk lebih tahu tentang batik.
Dan buku Cerita Batik ini bukan buku yang asal dibuat. Perlu waktu dua tahun untuk membuatnya. Iwet melakukan perjalanan keliling Jawa untuk melakukan riset terhadap batik. Dan Bu Evi juga berperan penting didalamnya karena beliau mengenal pengrajin batik tulis dibeberapa daerah. Selama risetpun banyak cerita cerita menarik dan kalian bisa baca dibukunya yang menurut saya pribadi kaya akan filosofi.
Setelah acara talkshow, sekarang giliran yang hadir bertanya kepada Iwet dan Bu Evi. Dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan, beberapa yang menurut saya penting untuk saya tulis ulang antara lain dibawah ini.
Salah satu pertanyaan dari peserta diatas ini, yang ternyata peserta itu adalah Cak dan Ning Surabaya, "Perlu tidak menurut Mas Iwet, ajang pemilihan putri putri di Indonesia untuk belajar lebih mendalam tentang batik?" Berikut ini jawaban Mas Iwet...Setelah para peserta yang hadir bertanya jawab dengan Iwet dan Bu Evi, sekarang giliran Iwet mengajukan pertanyaan dan yang bisa menjawab dengan benar dapat bingkisan. Mereka berdua diataslah yang berhasil menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapat bingkisan langsung diserahkan oleh Iwet.
Dan ternyata, batik kita yang buat coba coba, itu dilombakan. Waduhhh punya saya meluber nggak karuan. Sementara melihat hasil batikan peserta lain yang cakep cakep saya jadi minder. Dan yang heboh adalah saat penjurian. Host-nya yang kocak tambah bikin acara penjurian seru. BTW...mau tahu hasil batikan saya?!?
Nggak murni hasil karya saya 100% juga sich, lebih tepatnya kolaborasi antara saya dan teman saya. Soalnya pas saya meliput atau menjepret sana sini, gantian teman saya yang melanjutkan membatik. Pengen tahu karya pemenangnya? Here they are...
Naahhh...sekarang pertanyaannya, apakah kalian penasaran pengin mencoba untuk belajar batik sendiri? Kalau iya, untuk yang tinggal di Jakarta masih sempat kok *smile* Nggak bakalan rugi, soalnya banyak hal yang dapat kita pelajari bersama. Silahkan klik DISINI untuk informasi lebih lanjut mengenai roadshow di Jakarta ya. Ayooo kita support batik dan jadikan batik sebagai kain keseharian kita.
<<<Hal 27∞ ∞Hal 29>>>
Pernah belajar mbatik di Solo.....ternyata sulitttt....
ReplyDelete