Sunday, March 23, 2014

Manik-manik untuk Papua 2 : Ilu dan Budaya Manik-manik




Tulisan ini merupakan bagian kedua dari 4 rangkaian tulisan,
lanjutan dari "Manik-manik untuk Papua 1 : Berangkaaaaaaat"...
jadi tengok dan baca artikel itu dulu ya?


 Ilu, pagi itu begitu sejuk.. embun dan kabut masih menutupi sebagian rumah-rumah. Dingin! mungkin kata ini lebih tepat. Matahari mulai muncul dari balik gunung. Ayam jantan terdengar berkokok beberapa kali.. Ih!! itu kan ayam jantan gila yang kalau berkokok ndak liat-liat waktu... tengah malam, siang, sore, kapan aja dia mau kukuruyuk, berbunyilah dia... hahaha, dia perlu dibeliin jam dengan alarm kayanya... (hahaha... omelan gak jelas karena malam sebelumnya kebangun beberapa kali gara-gara ayam gila itu)

Hari itu, Rabu 11 Desember 2013, siangnya kami makan siang di suatu kios serba ada dekat pasar. Kios itu ternyata menjual juga manik-manik kaca seedbeads, jarum kait untuk crochet dan tali warna warni (biasa dipakai mama-mama untuk membuat noken, tas rajut khas suku-suku di Papua). Hanya ada satu macam manik-manik, dengan 3 warna... biru, orange, dan merah. Mau tahu harganya? Rp 10.000,- untuk satu takaran tutup botol air kemasan! Muuuwaahhhaaaall!!!


Jadi bisa dibayangkan bagaimana senangnya mama-mama Papua nantinya... 

Manik-manik sudah menjadi budaya suku Dani sejak beratus-ratus tahun lalu. Dan manik-manik ini diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Manik-manik tua ini mereka sebut dengan sebutan "Manik-manik Nenek Moyang". Tidak hanya dalam acara-acara adat dan keagamaan, bagi suku Dani manik-manik merupakan "pakaian" yang harus mereka kenakan sehari-hari. Tentunya untuk acara-acara penting mereka mengenakan kalung dan perhiasan manik-manik yang lebih "heboh" dan menyolok. Tetapi yang sehari-hari pun sudah cukup banyak dan menarik.

Nah, tentunya kurang afdol ya kalau tidak ada foto-foto. Untungnya masyarakat di Ilu senang sekali bila di foto. Sering kali justru minta di foto bila melihat ada yang membawa kamera. Bila hasil foto kita perlihatkan ke mereka melalui layar kecil LCD di kamera, terutama mama-mama, mereka akan berseru dengan nada tinggi: 'jhiiiiiii......", mata membesar, senyum lebar, tangan kiri setengah mengepal menutup ujung mulutnya sementara tangan kanan menunjuk foto dirinya di layar LCD kamera. Lucu juga mama-mama ini... Kalau anak-anak, mereka akan tertawa terkikik-kikik melihat foto diri mereka... sementara bapa-bapa akan berseru : 'waaah..., waaaah...'seruan  gembira dan terima kasih, sambil tersenyum lebaaaarr...
Kaaaaann.... semua pakai kalung manik-manik dilingkar-lingkar di lehernya... laki-laki, perempuan, bayi, nenek, kakek... semua! Terutama mama-mama, cantik-cantik kan mereka dengan kalung-kalungnya? juga anak-anak dan bayi-bayi, lucu-lucu..., sayang banyak yang ingusnya beleleran... hehehe... Kata mama yang bawa babi kecil itu, kalau tidak pakai kalung itu tidak baik.. kosong.. seperti "telanjang"... begitu katanya.

Bersambung ke "Manik-manik untuk Papua 3 : Mama-mama..., Mari Kita Meronce Bersama"


No comments:

Post a Comment